Makalah Diare
│
Dosen
: Dr. Aminuddin
Disusun
Oleh :
Nadya
Atsarina
Fakultas
Ilmu-ilmu Kesehatan
Jurusan
Kesehatan Masyarakat
BAB 1
PENDAHULUAN
1. 1 Latar belakang
Saluran pencernaan makanan merupakan
saluran yang berperan menerima makanan dari luar dan mempersiapkan nya untuk
diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan,mulai dari mulut sampai
dengan anus. Setiap organ apabila terjadi gangguan pada slah satu organ akan
berdampak pula pada proses pencernaan itu sendiri maupun pada sistem
lain,misalnya gangguan pada lambung dan usus yang disebut gastroentritis.
Gastroentritis merupakan proses peradangan yang terjadi pada daerah lambung dan
usus yang biasanya disertai dengan gejala diare secara terus menerus. Angka
kejadian gangguan gastoenteritis yang disertai dengan adanya gejala diare masih
merupakan penyebab kesakitan dan kematian bila tidak ditangani secara
cepat,tepat,dan sesuai prosedur yang benar.
Dampak penyakit diare bila dibiarkan
berlarut-larut maka akan menimbulkan komplikasi seperti; dehidrasi (kehilangan
cairan),hipokalemia (kekurangan kalium),hipokalsemia (kekurangan kalsium),dan
lain-lain (Suriadi,2001) yang kemudian berlanjut pada kematian.
Diare atau
dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan penyakit yang masih banyak
terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu penyakit yang banyak
menjadi penyebab kematian anak yang berusia di bawah lima tahun (balita).
Justru yang menjadi masalah adalah apabila ada orang tua yang bersikap tidak
acuh atau kurang waspada terhadap anak yang mengalami diare. Misalnya, pada
sebagian kalangan masyarakat, diare dipercaya atau dianggap sebagai pertanda
bahwa anak akan bertumbuh atau berkembang. Kepercayaan seperti itu secara tidak
sadar dapat mengurangi kewaspadaan orang tua. sehingga mungkin saja diare
akan membahayakan anak.
1.2 Rumusan Masalah
- Apa itu Diare?
- Siapakah yang kemungkinan mengalami penyakit Diare?
- Faktor apa yang kemungkinan terjadi penyakit Diare?
- Apakah penyebab Diare?
- Bagaimana cara pencegahan Diare?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Diare adalah perubahan pola defekasi
(buang air besar) yakni pada bentuk atau frekuensinya dimana bentuk feses
(tinja) berubah menjadi lunak atau cair, atau frekuensinya yang bertambah
menjadi lebih dari tiga kali dalam sehari.
Menurut WHO (1980) diare adalah
buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali dalam sehari.
2.2 Epidemiologi
Penyakit diare akut lebih sering terjadi pada bayi dari pada anak yang lebih
besar. Kejadian diare akut pada anak laki-laki hamper sama dengan anak
perempuan. Penyakit ini ditularkan secara fecal-oral melalui makanan dan
minuman yang tercemar. Di Negara yang sedang berkembang, prevalensi yang paling
tinggi dari penyakit diare merupakan kombinasi dari sumber air yang
tercemar,kekurangan protein dan kalori yang menyebabkan turunnya daya tahan
badan(McCormick MC,1982).
Untuk
bayi, baik di Negara-negara maju, penurunan angka kejadian dare erat kaitannya
dengan pemberian ASI, yang sebagian disebabkan oleh kurangnya pensemaran minum
anak dan sebagian lagi leh karena factor pencegah imunologik dari pada
ASI(Learsen SA dan Homer DR,1978). Sejauh ini imunitas spesifik usus merupakan
peran dari limposit dalamPlaque peyeri yang membuat
immunoglobulin, tetapi anti body spesifik dengan kuman pathogen usus terdapat
di dalam kolostrum dari ASI ( Mata L dan Black RE,1982).
2.3 Etiologi
a. Faktor infeksi
§ Infeksi enteral
§ Yaitu infeksi saluran
pencernaan sebagai penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral ini meliputi
: Infeksi bakteri; Vibrio,
E.coli, Salmonela, Shigella, Campylobacter, dsb.
Infeksi
virus ; Enterovirus (virus echo, coxsakie), adeno virus, rota virus, dsb
Infeksi
parasit; cacing (ascariasis, trichuris)
Protozoa
(Entamuba hystolitica, Giardia lambia)
Jamur
(Kandida Albican)
§ Infeksi parenteral
Yaitu;
infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti: OMA,
tonsilofaringitis, bronchopneumonia, encefalitis, dsb. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
b.
Factor non infeksi
Ø Faktor
malabsorbsi
1)
Malabsorbsi karbohidrat
karbohidrat disakarida (intoleransi, lactosa, maltosa, dan
sukrosa), non sakarida (intoleransi glukosa, fruktusa dan galaktosa).
Pada bayidan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.
2) Malabsorbsi lemak : long chain
triglyceride
3)
Malabsorbsi
protein : asam amino, B-laktoglobulin
Ø Faktor
makanan : Makanan basi, baracun, alergi terhadap makanan
Ø Faktor
psikologis : rasa takut, cemas, walaupun jarang dapat menimbulkan diare
terutama pada anak yang lebih besar.
Factor
resiko tejadinya diare :
1) Umur
Kebanyakan episode diare terjadi pada dua tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi pada golongan umur 6-11 bulan, pada masa diberikan makanan pendamping. Hal ini karena belum terbentuknya kekebalan alami dari anak pada umur di bawah 24 bulan.
Kebanyakan episode diare terjadi pada dua tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi pada golongan umur 6-11 bulan, pada masa diberikan makanan pendamping. Hal ini karena belum terbentuknya kekebalan alami dari anak pada umur di bawah 24 bulan.
2)
Jenis
Kelamin
Resiko
kesakitan diare pada golongan perempuan lebih rendah daripada laki-laki karena
aktivitas anak laki-laki dengan lingkungan lebih tinggi.
3) Musim
Variasi pola musim di daerah tropik memperlihatkan bahwa diare terjadi sepanjang tahun, frekuensinya meningkat pada peralihan musim kemarau ke musim penghujan.
Variasi pola musim di daerah tropik memperlihatkan bahwa diare terjadi sepanjang tahun, frekuensinya meningkat pada peralihan musim kemarau ke musim penghujan.
4)
Status
Gizi
Status
gizi berpengaruh sekali pada diare. Pada anak yang kurang gizi karena pemberian
makanan yang kurang, episode diare akut lebih berat, berakhir lebih lama dan
lebih sering. Kemungkinan terjadinya diare persisten juga lebih sering dan
disentri lebih berat. Resiko meninggal akibat diare persisten atau disentri
sangat meningkat bila anak sudah kurang gizi.
5) Lingkungan
Di daerah kumuh yang padat penduduk, kurang air bersih dengan sanitasi yang jelek penyakit mudah menular. Pada beberapa tempat shigellosis yaitu salah satu penyebab diare merupakan penyakit endemik, infeksi berlangsung sepanjang tahun, terutama pada bayi dan anak-anak yang berumur antara 6 bulan sampai 3 tahun.
Di daerah kumuh yang padat penduduk, kurang air bersih dengan sanitasi yang jelek penyakit mudah menular. Pada beberapa tempat shigellosis yaitu salah satu penyebab diare merupakan penyakit endemik, infeksi berlangsung sepanjang tahun, terutama pada bayi dan anak-anak yang berumur antara 6 bulan sampai 3 tahun.
6)
Status
Sosial Ekonomi
Status
sosial ekonomi yang rendah akan mempengaruhi status gizi anggota keluarga. Hal
ini nampak dari ketidakmampuan ekonomi keluarga untuk memenuhi kebutuhan gizi
keluarga khususnya pada anak balita sehingga mereka cenderung memiliki status
gizi kurang bahkan status gizi buruk yang memudahkan balita tersebut terkena
diare. Mereka yang berstatus ekonomi rendah biasanya tinggal di daerah yang
tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga memudahkan seseorang untuk terkena
diare.
2.4 Klasifikasi Diare
a. Diare akut
Diare akut merupakan penyebab awal
penyakit pada anak dengan umur < 5 tahun, dehidrasi dapat terjadi dan dapat
mengakibatkan kefatalan kira-kira pada 400 anak tiap tahun di Amerika Serikat (
Kleinman, 1992 dalam Wholey & Wong's, 1994).Diare akut adalah BAB dengan
frekuensi meningkat > 3 kali /hari dengan konsistensi tinja cair, bersifat
mendadak dan berlangsung dalam waktu kurang dari 1 minggu. Diare akut lebih
banyak disebabkan oleh agent infectius yang mencakup virus, bakteri dan patogen
parasit.
Diare akut adalah diare yang kurang dari 14 hari
yang sebagian besar disebapkan oleh Infeksi.
ü Biasanya diare akut disebabkan oleh infeksi/toksin bakteri
ü Adanya riwayat makan makanan tertentu( terutama makan siap
santap) dan adanya keadaan yang sama dengan orang lain, sangat mungkin
merupakan keracunan makanan yang disebabkan oleh toksin bakteri.
ü Adanya riwayat pemakaian antibiotika yang lama/jangka
panjang.
ü Diare yang terjadi tanpa kerusakan mukosa usus( non
inflamotorik) dan disebabkan oleh toksin bakteri.bilka muntah sangat mencolok
biasanya disebapkan oleh virus aureus dalam bentuk keracunan makanan.
ü Bila diare dalam bentuk bvercampur darah,lendir dan disertai
demam biasanya karena kerusakan mukosa usur karena invasi shingella,salmonela
atau amdeba,daerah yang terkena adalah kolon.
ü Diare akut bersifat sembuh sendiri dalam 5 hari dengan
pengobatan sederhana yang disertai dengan dehidrasi
b.
Diare Kronik
Kondisi dimana terjadi peningkatan
frekuensi BAB dan peningkatan konsistensi cair dengan durasi 14 hari atau lebih
( Wholey & Wong's, 1994)
Diare kronik adalah diare yang lebih dari 14 hari
atau lebih.
ü Pertumbuhan normal,pertumbuhan minimal
ü Infeksi (virus,bakteri,protozoa) biakan tinja,telur dan
parasit,preparat kriptosporidium,toksin clostridium difficile,pemeriksaan virus
ü Malabsorbsi karbohidrat
Percobaan rektrisi
laktosa,sukrosa,kanji,atau uji nafas.
ü Uji laboratorium penyaring,hindari minuman berkafein dan jus
buah,tambahkan serat kedalm makanan sesuai usia
ü Diare non spesifik kronik(bayi)
ü Kurangi asupan cairan untuk pemeilharaan,hindari jus
buah,tambahkan lemak dan serat untuk makanan sesuai usia.
ü Sindrom munchausen by proxy
Elektrolit dan osmolalitas tinja
,fenoftalein,magnesium
ü Penurunan pertumbuhan,keterlambatan pematangan,seksual,atau
penurunan berat yang signifikan kerusakan mukosa usus halus.
ü Defesiensi imun
2.5 Manifestasi Klinis
§ Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang.
§ Sering buang air besar dengan konsistensi tinja
cair atau encer, kadang disertai wial dan wiata.
§ Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena
bercampur empedu.
§ Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan
tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
§ Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas
(elistitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
§ Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi
cepat tekan darah turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran
menurun (apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
§ Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
§ Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat
dan pernafasan cepat dan dalam. (Kusmaul).
2.6 Patofisiologi
Mekanisme dasar
yang menyebabkan diare ialah:
Ø Gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat
yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,
isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
Ø Rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ø Gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga
timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan
bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Ø Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya
mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam
lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin
dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
1) Kehilangan air
(dehidrasi)
Dehidrasi
terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input),
merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare. Gangguan keseimbangan asam
basa (metabik asidosis). Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat
bersama tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun
dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan.
Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan
oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari
cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
2) Hipoglikemia
Hipoglikemia
terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak yang
sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan
penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi
glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga
40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak gangguan gizi.
3) Terjadinya
penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:
§ Makanan sering
dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat.
§ Walaupun
susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer ini
diberikan terlalu lama.
§ Makanan
yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena
adanya hiperperistaltik.
4) Gangguan
sirkulasi
Sebagai akibat
diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan
berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan
perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan
meninggal.
2.7 Komplikasi
1. Dehidrasi
(ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia
(dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada
elektro kardiagram)
4. Hipoglikemia.
5. Introleransi
laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili
mukosa, usus halus.
6. Kejang terutama
pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi
energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami
kelaparan.
2.8 Pencegahan diare
Ø Perhatikan
kebersihan dan gizi yang seimbang.
Ø Menjaga
kebersihan dengan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan
kebersihan dari makanan yang kita makan.
Ø Pengguna
Ø an
jamban yang benar.
Ø Imunisasi
campak
2.9 Penatalaksanaan Diare
Penanggulangan kekurangan cairan
merupakan tindakan pertama dalam mengatasi pasien diare. Hal sederhana seperti
meminumkan banyak air putih atau oral
rehidration solution (ORS)
seperti oralit harus cepat dilakukan. Pemberian ini segera apabila gejala diare
sudah mulai timbul dan kita dapat melakukannya sendiri di rumah. Kesalahan yang
sering terjadi adalah pemberian ORS baru dilakukan setelah gejala dehidrasi
nampak.
v Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan
elektrolit secara intravena merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh,
atau dengan kata lain perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian
masyarakat yang enggan untuk merawat-inapkan penderita, dengan berbagai alasan,
mulai dari biaya, kesulitam dalam menjaga, takut bertambah parah setelah masuk
rumah sakit, dan lain-lain. Pertimbangan yang banyak ini menyebabkan respon
time untuk mengatasi masalah diare semakin lama, dan semakin cepat penurunan
kondisi pasien kearah yang fatal.
v Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain
selain ORS. Apabila kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi
virus penyebab diare dapat diatasi sendiri oleh tubuh (self-limited disease).
v Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella
sp, Giardia lamblia, Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang
rasional, artinya antibiotik yang diberikan dapat membasmi kuman.
v Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak
memerlukan antibiotik, maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius
perlu dilakukan untuk menentukan penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan
parah, pengobatan suportif didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan
pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah membaik.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diare
adalah perubahan pola defekasi (buang air besar) yakni pada bentuk atau
frekuensinya dimana bentuk feses (tinja) berubah menjadi lunak atau cair, atau
frekuensinya yang bertambah menjadi lebih dari tiga kali dalam sehari.Bila hal
ini terjadi maka tubuh akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan
dehidrasi. Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat
membahayakan jiwa, khususnya pada anak dan orang tua. Diare ini bisa menyebabkan
beberapa komplikasi,yaitu dehidrasi, renjatan hivopolemik, kejang, nbakterimia,
mal nutrisi, hipoglikemia, intoleransi skunder akibat kerusakan mukosa usus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar